BAB I
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Salah satu prioritas dalam membangun perekonomian yang
dikemukakan pemerintah Indonesia adalah penciptaan lapangan pekerjaan
atau berkurangnya tingkat pengangguran. Jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) yang
besar berpotensi tinggi dalam menghasilkan output nasional dan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi. Data Indonesia menunjukkan bahwa tingkat pengangguran di
Indonesia memiliki trend yang terus meningkat. Kemudian, dari angkatan kerja di
Indonesia yang mencapai sekitar 102,55 juta orang, 9,39 juta orang diantaranya
tergolong pengangguran pada tahun 2008 (BPS, 2009). Hal ini menyebabkan potensi
SDM yang ada dan potensi output yang dihasilkan terbuang sia-sia.
Di Indonesia, pertumbuhan ekonomi tidak selalu diikuti dengan
penurunan tingkat pengangguran dari tahun ke tahun. Pada tahun tahun 2007 dan
2008 saja tingkat pengangguran menurun dari tahun sebelumnya.
Pertumbuhan Ekonomi dan Tingkat Pengangguran Indonesia
Tahun
|
Pertumbuhan Ekonomi
(%)
|
Tingkat Pengangguran
(%)
|
2004
|
5.13
|
10.14
|
2005
|
5.60
|
10.30
|
2006
|
5.50
|
10.40
|
2007
|
6.30
|
9.75
|
2008
|
6.10
|
8.39
|
Berdasarkan table di atas memperkirakan bahwa,
jumlah angkatan kerja sebanyak 2.5 juta yang muncul setiap tahun tidak akan
terserap bahkan dalam jumlah separuhnya dengan pertumbuhan ekonomi sekitar 3
persen. Minimal pertumbuhan ekonomi sebesar 7 persen untuk menyerap angkatan
kerja baru tersebut, menurut Djorodjatun. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS)
Choiril Maksum memperkirakan, setiap pertumbuhan PDB sebesar 1 persen dapat
menambah jumlah pekerja sekitar 400.000 orang (Suara Karya,2006). Pada Tahun
2008, jumlah angkatan kerja baru sebanyak 1,54 juta orang (BPS,2008).
Pertumbuhan ekonomi sebesar 6,1 persen pada tahun 2008 seharusnya mampu
menyerap angkatan kerja baru berdasarkan perhitungan Dorodjatun dan Choiril.
Ternyata, jika asumsi Dorodjatun dan Choiril dianggap benar dan seluruh
angkatan kerja baru pada tahun 2008 menjadi pekerja, tingkat pengangguran tahun
2008 hanya menurun kurang dari 1 persen dari tahun 2007.
Rumusan
permasalahan:
1. Bagaimana pertumbuhan ekonomi di Indonesia?
2. Bagaimana tingkat pengangguran di Indonesia?
3. Apa faktor penyebab pengangguran?
Tujuan
:
1.
Mengetahui
pertumbuhan ekonomi Indonesia.
2.
Mengetahui
tingkat pengangguran Indonesia.
3.
Mengetahui
faktor penyebab pengangguran.
BAB II
PEMBAHASAN
II. PERTUMBUHAN EKONOMI
Output atau pendapatan nasional merupakan ukuran
paling komprehensif dari tingkat aktivitas ekonomi suatu Negara Salah satu ukuran
yang lazim digunakan untuk output adalah produk domestic bruto (PDB). PDB dapat
dilihat sebagai perekonomian total dari setiap orang di dalam perekonomian atau
sebagai pengeluaran total pada output barang dan jasa perekonomian. Output ini
dinyatakan dalam satuan mata uang sebagai jumlah dari total keluaran barang dan
jasa dikalikan dengan harga per unitnya. Jumlah total tersebut sering disebut
sebagai output nominal, yang dapat berubah karena perubahan baik jumlah fisik
maupun perubahan harga terhadap periode dasarnya. Untuk mengetahui seberapa
jauh perubahan tersebut karena perubahan fisik saja, maka nilai output diukur
tidak pada harga sekarang tetapi pada harga yang berlaku pada periode dasar
yang dipilih. Jumlah total ini disebut sebagai output riil. Perubahan
persentase dari output riil disebut sebagai pertumbuhan ekonomi.
III. PENGANGGURAN
Penduduk dalam usia kerja disebut sebagai tenaga
kerja. Tenaga kerja terbagi menjadi angkatan kerja dan bukan angkatan kerja
(Dumairy,1996). Angkatan kerja ialah tenaga kerja yang bekerja, atau mempunyai
pekerjaan namun untuk sementara sedang tidak bekerja, dan yang mencari
pekerjaan. Bukan angkatan kerja ialah tenaga kerja yang tidak bekerja, tidak
mempunyai pekerjaan, dan sedang tidak mencari pekerjaan; yakni orang—orang yang
kegiatannya bersekolah (pelajar, mahasiswa), mengurus rumah tangga, serta
menerima pendapatan tapi bukan merupakan imbalan langsung atas jasa kerjanya
(pensiunan, penderita cacat yang dependen). Angkatan kerja dibedakan ke dalam
dua subkelompok, yaitu pekerja dan penganggur. Pekerja ialah orang-orang yang
mempunyai pekerjaan, mencakup orang yang mempunyai pekerjaan namun untuk
sementara waktu kebetulan sedang tidak bekerja. Penganggur ialah orang-orang
yang tidak mempunyai pekerjaan. Tingkat penganggur diukur sebagai suatu
presentase dari angkatan kerja total yang tidak mempunyai pekerjaan terhadap
seluruh angkatan kerja.
3.1. Tingkat Pengangguran di
Indonesia
Jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Februari
2008 mencapai 111,48 juta orang, bertambah 1,54 juta orang dibanding jumlah
angkatan kerja Agustus 2007 sebesar 109,94 juta orang atau bertambah 3,35 juta
orang dibanding Februari 2007 sebesar 108,13 juta orang.
Jumlah penduduk yang bekerja di Indonesia pada
Februari 2008 mencapai 102,05 juta orang, bertambah 2,12 juta orang jika
dibandingkan dengan keadaan pada Agustus 2007 sebesar 99,93 juta orang, atau
bertambah 4,47 juta orang jika dibandingkan dengan keadaan Februari 2007
sebesar 97,58 juta orang.
Jumlah penganggur pada Februari 2008 mengalami
penurunan sebesar 584 ribu orang dibandingkan dengan keadaan Agustus 2007 yaitu
dari 10,01 juta orang pada Agustus 2007 menjadi 9,43 juta orang pada Februari
2008, dan mengalami penurunan sebesar 1,12 juta orang jika dibandingkan dengan
keadaan Februari 2007 sebesar 10,55 juta orang.
Tingkat pengangguran terbuka di Indonesia pada
Februari 2008 mencapai 8,46 persen, mengalami penurunan dibandingkan keadaan
Agustus 2007 yang besarnya 9,11 persen, demikian juga terhadap keadaan Februari
2007 yang besarnya 9,75 persen.
Situasi ketenagakerjaan pada bulan Februari
2008, hampir di seluruh sektor mengalami peningkatan jumlah pekerja jika
dibandingkan dengan keadaan Februari 2007. Sektor yang mengalami peningkatan
jumlah pekerja tertinggi berturut-turut yaitu: sektor jasa kemasyarakatan naik
1,82 juta orang serta sektor perdagangan naik 1,26 juta orang.
Dari sisi gender, partisipasi perempuan dalam
lapangan kerja meningkat signifikan. Selama Februari 2007-Februari 2008, jumlah
pekerja perempuan bertambah 3,26 juta orang dan laki-laki hanya bertambah 1,21
juta orang. Kenaikan pekerja perempuan terbesar terjadi di sektor perdagangan
yaitu 1,51 juta orang dan sektor pertanian sebesar 740 ribu orang.
BPS melakukan survei setiap Februari dan Agustus
per tahun, dari hasil survei diketahui sumber pengangguran dari lulusan SMK
sebesar 17,26 persen, lulusan SMA 14,31 persen, lulusan Universitas 12,59
persen, lulusan Diploma 11,21 persen, lulusan SMP 9,39 persen, lulusan SD dan
tidak sekolah 35,24 persen.
3.2. Faktor Penyebab Pengangguran
Pertama: Faktor
Pribadi
Dalam hal ini penyebab pengangguran bisa
disebabkan oleh kemalasan, cacat/udzur dan rendahnya pendidikan dan
ketrampilan. Penjelasannya sebagai berikut :
1. Faktor kemalasan
Pengangguran yang berasal dari kemalasan
individu sebenarnya sedikit. Namun, dalam sistem materialis dan politik
sekularis, banyak yang mendorong masyarat menjadi malas, seperti sistem
penggajian yang tidak layak atau maraknya perjudian. Banyak orang yang miskin
menjadi malas bekerja karena berharap kaya mendadak dengan jalan menang judi
atau undian. Mereka juga cenderung malas untuk mencari informasi mengenai
lowongan pekerjaan.
2. Faktor cacat /uzur
Dalam sistem kapitalis hukum yang diterapkan
adalah ‘hukum rimba’. Karena itu, tidak ada tempat bagi mereka yang cacat/uzur
untuk mendapatkan pekerjaan yang layak.
3. Faktor rendahnya pendidikan dan
keterampilan
Saat ini sekitar 44,63 persen tenaga kerja
Indonesia adalah mereka yang berpendidikan rendah, yaitu SD dan SMP. Dampak
dari rendahnya pendidikan ini adalah rendahnya keterampilan yang mereka miliki.
Belum lagi sistem pendidikan Indonesia yang tidak fokus pada persoalan praktis
yang dibutuhkan dalam kehidupan dan dunia kerja. Pada akhirnya mereka menjadi
pengangguran intelek.
Kedua: faktor
sistem sosial dan ekonomi
Faktor ini merupakan penyebab utama meningkatnya pengangguran di
Indonesia, di antaranya:
a. Ketimpangan antara penawaran tenaga
kerja dan kebutuhan
Tahun 2009 diperkiraan akan muncul pencari
tenaga kerja baru sekitar 1,8 jutaorang, sedangkan yang bisa ditampung saat ini
dalam sektor formal hanya 29%. Sisanya di sektor informal atau menjadi
pengangguran.
b. Kebijakan Pemerintah
yang tidak berpihak kepada rakyat
Banyak kebijakan Pemerintah yang tidak berpihak
kepada rakyat dan menimbulkan pengangguran baru, Menurut Menakertrans, kenaikan
BBM kemarin telah menambah pengangguran sekitar 1 juta orang.
Kebijakan Pemerintah yang lebih menekankan pada
pertumbuhan ekonomi bukan pemerataan juga mengakibatkan banyak ketimpangan dan
pengangguran. Banyaknya pembukaan industri tanpa memperhatikan dampak
lingkungan telah mengakibatkan pencemaran dan mematikan lapangan kerja yang
sudah ada. Salah satu kasus, misalnya, apa yang menimpa masyarakat Tani Baru di
Kalimantan. Tuntutan masyarakat Desa Tani Baru terhadap PT VICO untuk
menghentikan operasi seismiknya tidak mendapat tanggapan. Penghasilan tambak
mereka turun hampir 95 persen akibat pencemaran yang ditimbulkan PT VICO. Tanah
menjadi tidak subur, banyak lubang bekas pengeboran dan peledakan, serta
mengeluarkan gas alam beracun. Akibatnya, rakyat di sana menjadi orang-orang
miskin dan penganggguran.
c. Pengembangan sektor ekonomi non-real
Dalam sistem ekonomi kapitalis muncul transaksi
yang menjadikan uang sebagai komoditas yang di sebut sektor non-real, seperti
bursa efek dan saham perbankan sistem ribawi maupun asuransi. Sektor ini tumbuh
pesat. Nilai transaksinya bahkan bisa mencapai 10 kali lipat daripada sektor
real.
Pertumbuhan uang beredar yang jauh lebih cepat
daripada sektor real ini mendorong inflasi dan penggelembungan harga aset
sehingga menyebabkan turunnya produksi dan investasi di sektor real. Akibatnya,
hal itu mendorong kebangkrutan perusahan dan PHK serta pengangguran. Inilah
penyebab utama krisis ekonomi dan moneter di Indonesia yang terjadi sejak tahun
1997.
Peningkatan sektor non-real juga mengakibatkan
harta beredar hanya di sekelompok orang tertentu dan tidak memilki konstribusi
dalam penyediaan lapangan pekerjaan.
d. Banyaknya tenaga kerja wanita
Partisipasi perempuan dalam lapangan kerja
meningkat signifikan. Selama Februari 2007-Februari 2008, jumlah pekerja
perempuan bertambah 3,26 juta orang dan laki-laki hanya bertambah 1,21 juta
orang. Kenaikan pekerja perempuan terbesar terjadi di sektor perdagangan yaitu
1,51 juta orang dan sektor pertanian sebesar 740 ribu orang.
Jumlah ini terus meningkat setiap tahunnya.
Peningkatan jumlah tenaga kerja wanita ini mengakibatkan persaingan pencari
kerja antara wanita dan laki-laki. Akan tetapi, dalam sistem kapitalis, untuk
efesiensi biaya biasanya yang diutamakan adalah wanita karena mereka mudah
diatur dan tidak banyak menuntut, termasuk dalam masalah gaji. Kondisi ini
mengakibatkan banyaknya pengangguran di pihak laki-laki.
BAB III
KESIMPULAN DAN
SARAN
Kesimpulan
1. Pertumbuhan ekonomi memberikan peluang
kesempatan kerja baru ataupun memberikan kesempatan industri untuk meningkatkan
output yang berdampak pada peningkatan penggunaan factor produksi, salah
satunya yaitu tenaga kerja, sehingga mengurangi jumlah pengangguran.
2. Krisis ekonomi tidak berpengaruh terhadap
tingkat pengangguran dapat diterima. Sektor agrikultur dan sector informal di
perkotaan diduga mampu menyerap angkatan kerja yang mendapat tekanan dari
rasionalisasi pekerja akibat kontraksi perekonomian, khususnya di sector
agrikultur.
Saran
1. Pemerintah Indonesia dapat memprediksi dan
mencapai tingkat pengangguran melalui pertumbuhan ekonomi. Jika pemerintah
mengasumsikan pertumbuhan ekonomi yang akan dicapai pada satu tahun tertentu
sebesar 1 persen, maka dapat diprediksi akan berpengaruh pada menurunnya
tingkat pengangguran sebesar 0,064703 persen. Jika pemerintah menargetkan
menurunkan tingkat pengangguran sebesar 1 persen, maka pemerintah harus
mencapai pertumbuhan ekonomi sekitar 15,5 persen, asumsi ceteris paribus.
2. Penciptaan lapangan pekerjaan sebagai salah satu
prioritas pemerintah Indonesia dalam membangun perekonomian adalah tepat dan
pemerintah harus konsisten dalam pelaksanaannya atau pencapaian prioritas
tersebut.
3. Pemerintah perlu meningkatkan perhatian terhadap
pendidikan masyarakat. Tingkat pendidikan pengangguran yang didominasi tamatan
SMU ke bawah mengindikasikan sulitnya penyerapan angkatan kerja. Tindakan yang
dapat dilakukan misalnya perbaikan layanan pendidikan, khususnya pendidikan
formal, dan menurangi angka siswa putus sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. Pertumbuhan Ekonomi.
http://www.bps.go.id
Badan Pusat Statistik. Tingkat Pengangguran.
http://www.bps.go.id
Handayani, T., dan Mangku. Kondisi Ekonomi:
Kesengsaraan Rakyat Parah: http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=135808
Pikiran Rakyat. Pertumbuhan Ekonomi Ditargetkan 5
persen: http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/0803/13/0602.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jangan Cuma Baca, Komentar dong...